JANGANLAH kita merasa cukup gagah dan tidak perlu kepada orang lain. Hingga karena itu kita menyombongkan diri terhadap orang lain terutama orang yang kedudukannya lebih rendah dari kita seperti orang yang kita rasakan lebih miskin, lebih bodoh dan lebih rendah pangkatnya dari kita. Sebenarnya sebagai hamba Allah, kita diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan serba lemah dan sangat memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain, terlebih lagi bantuan dari Allah SWT sendiri. Tanpa bantuan dari Allah dan dari sesama manusia, kita akan mengalami kesusahan dan hina dina. Mari kita lihat beberapa contoh : 1. Seorang raja atau ketua negara yang menguasai daerah pemerintahan yang luas, dengan rakyat yang banyak dan bala tentara yang besar, sehingga ia ditakuti kawan dan lawan, apakah ia sudah bisa hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain? Jawabnya, tidak! la tetap memerlukan bantuan orang lain. Sebab. kalau bukan dengan jasa dan budi orang lain, raja ita akan berada dalam kesusahan dan dalam keadaan lemah. Istananya yang besar, gagah dan indah itu bukankah dibangun dengan titik peluh tukang bangunan? Kayu-kayu yang digunakan untuk membangunkan istana bukankah diusahakan oleh penebang kayu di hutan belantara? Kayu-kayu itu kemudian diproses dan dijual kepada raja untuk dijadikan istana, bukankah pekerjaan itu dilakukan oleh para pekerja dan penjual kayu? Nyatalah bahwa untuk mendapatkan istana itu, raja telah menerima sumbangan dan jasa yang besar dari rakyat atau orang-orang bawahan. Mustahil raja sanggup masuk ke hutan untuk menebang kayu, memproses kayu menjadi papan, kemudian mendirikan istananya seorang diri. Karena itu raja terpaksa meminta bantuan orang banyak walaupun mereka itu lebih rendah derajatnya dari sang raja. Artinya banyak orang lain yang terlibat membangun istana besar dan berdiri dengan segala keindahannya itu. Jika tidak mendapat bantuan mereka tentu raja ridak dapat tinggal dalam istana yang dibanggakannya itu. Pengajaran dari masalah ini ialah sekalipun kita seorang raja, apalagi kalau rakyat jelata, kita tetap memerlukan orang lain untuk menolong kita. Kita tidak mungkin bisa hidup sendiri. Sudah banyak kita menerima budi dan jasa orang lain. Bahkan mungkin jasa orang pada kita lebih besar dan lebih banyak daripada apa yang sanggup kita berikan kepada mereka. Karena itu kita sepatutnya merasa malu dan berhutang budi kepada manusia lain lebih-lebih lagi kepada Allah. Sumbangan mereka besar pada tamadun manusia. Sebaiknya kita mencari jalan bagaimana untuk membalas budi mereka itu dan mencari Jalan bagaimana untuk menghibur mereka atau bagaimana untuk menolong memenuhi keperluan hidup mereka. Sudah sepatutnya kita muliakan mereka sesuai dengan jasa mereka. Jangan sekali-kali kita sombong dan angkuh terhadap mereka dan membiarkan mereka dalam kesusahan atau meletakkan mereka di taraf yang hina seolah-olah merekalah manusia yang tidak berharga dan tidak berguna apa-apa di dalam kehidupa. Di sisi Allah barangkali derajat mereka lebih mulia daripada kita. Allah berfirman: Terjemahnya: Semulia-mulianya kamu di sisi Alah ialah yang paling bertaqwa. (Al Hujurat: 13) Sekalipun kita raja apalagi kalau kita hanya seorang rakyat biasa sebenarnya kita ini lemah dan serba kurang. Kekuatan dan kehebatan kita adalah hasil pengorbanan orang lain. Tanpa pengorbanan dan kerjasama orang lain, kita tidak mungkin bisa memiliki keistimewaan dan kemuliaan seperti sekarang. Tanpa tukang rumah, kita akan menjadi orang yang tidak ada tempat tinggal, terpaksa hidup berlantaikan bumi dan berbumbungkan langit. Tanpa petani, kita ketiadaan beras, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanpa nelayan kita tidak akan makan dengan lauk. Tanpa tukang jahit, kita tidak akan memakai baju. Tanpa tukang masak kita akan kelaparan. Tanpa penjual kita tidak ada persediaan bahan makanan. Tanpa pekerja kita tidak akan dapat keperluan hidup yang bemmacam-macam jenis dan corak baik dari segi bentuknya, rupa atau kelezatannya. Pendek kata hidup kita ini senantiasa bergantung dan bersandar pada jasa dan pengorbanan orang lain. Seorang yang mau bebas daripada mengharap sumbangan orang lain lebh-lebih lagi dengan Allah pasti akan merasa sangat susah bahkan mungkin akan mati kelaparan. Demikianlah sunnatullah dijadikan manusia terpaksa merasa perlu kepada manusia lain agar mereka saling merasa berhutang budi dan saling memerlukan. Agar mereka dapat hidup dalam keadaan hormat-menghormati dan berkasih sayang, jangan sampai raja memperkecilkan rakyatnya, jangan sampai orang besar memperkecilkan orang bawah, jangan sampai si kaya memperkecilkan si miskin, jangan sampai orang pandai menghina orang bodoh, jangan sampai ada seorang hamba Allah yang menyombongkan diri pada seorang hamba yang lain, karena orang yang diperkecilkan dan dianggap hina itu banyak berjasa kepada kita. Mereka itu sangat kita perlukan dalam hidup kita. Tanpa mereka kita tidak akan merasakan kenyamanan dan keistimewaan hidup seperti sekarang. Ingatlah firman Allah: Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olokkan kaum yang (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olokkan dan jangan pula wanita- wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita yang diperolok-olokkan lebih baik darpada wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan panggilan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan itu ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al Hujurat : 11) Firman Allah lagi : Terjemahnya: Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong karena kekuatanmu tidak dapat membelah bumi dan ketinggianmu tidak dapat menyamai bukit.2. Seorang ahli ilmu, bijak pandai, cendekiawan atau pujangga yang bertaraf profesor antar negara yang fikiran dan ucapannya dlkagumi, hasil karyanya banyak dan bertimbun-timbun, mempunyai peminat dari seluruh lapisan masyarakat di dunia ini, apakah dia bebas dari mengharap dan memerlukan bantuan atau kerjasama orang lain? Apakah dia boleh merasa dirinya luar biasa dari manusia lain, seolah-olah dia didatangkan dari kayangan? Dan bolehkah dia menyombongkan diri, menepuk dada mengakui kebesarannya hingga orang lain seolah-olah tidak berguna dan tidak diperlukan dalam hidupnya? Untuk menjawabnya, coba kita tanyakan beberapa persoalan. Dari mana asal-usulnya? Adakah dia jadi pandai dengan sendirinya? Di mana dia belajar dan siapakah yang membangunkan tempat pengajian itu? Kepandaiannya untuk siapa dan tulisannya dibawa ke mana? Kertas-kertas tulis dan buku-buku karangannya siapa yang mencetak dan menyempurnakannya? Lalu siapa yang menjual, mengedarkan dan membelinya? Sanjungan yang diperolehnya, dari mana datangnya? Ketika ia sakit siapa yang mengurusnya, makan minumnya dari mana memperolehnya? Pakaian, tempat tinggal dan kendaraan dari mana mendapatkannya? Sebenarnya, ada manusia yang lebih mulia dan lebih berjasa dari dirinya. Yakni ibu bapak dan guru-gurunya. Ibu bapaknyalah yang mendidik dan menjadikan manusia berilmu sedangkan asalnya begitu lemah dan bodoh sekali. Lebih-lebih lagi dia berhutang budi kepada Allah SWT. Allah berfirman: Terjemahnya: Bukankah telah datang atas manusla satu waktu dari masa sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia itu dari setetes mani yang bercampur. Yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.Kemudian guru-gurunya yang memperkenalkan alif, ba, ta dan a, b. c, kepadanya. Dan gurulah yang memperkenalkan dunia dan akhirat kepadanya. Kalau bukan melalui guru, bolehkah ilmu itu datang sendiri? Tentu tidak! Kalau begitu alangkah besarnya jasa guru dan alangkah mulianya guru bagi seorang murid. Seorang profesor yang tidak memuliakan guru dan ibu bapaknya, berarti ia tidak tahu mengenang budi dan ia adalah profesor yang durhaka, profesor yang telah dirusakkan oleh kepandaian dan ilmunya sendiri. Ia patut disadarkan bahwa ibu bapak dan gurunya lebih besar jasa dan lebih mulia daripada dirinya. Kepandaian dan kemuliaan yang diperoleh adalah hasil sumbangan dan pengorbanan ibu bapak dan guru-gurunya. Firman Allah: Terjemahnya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pengajaranSeorang profesor juga patut sadar bahwa kepandaiannya bukan untuk dirinya. Kalau masyarakat tidak mengakui ilmunya dan tidak mau belajar daripadanya, dia menjadi tidak istimewa lagi. Dia akan sendirian dan kesepian. Ketinggiannya adalah karena diangkat oleh masyarakat. Masyarakat yang menjadikan dia berada di tempat yang begitu istimewa. Tanpa masyarakat dia hanyalah seorang manusia biasa yang tidak dikenal oleh siapapun. Kalau begitu, maka tidak boleh seorang profesor melupakan masyarakatnya. Murid-murid juga penting bagi seorang profesor. Muridnyalah yang menyebabkan dia jadi guru yang terkenal dan diminati. Muridnyalah yang membust dia dapat berjasa dan menjadi mulia. Tanpa murid, kepada siapa ilmu, nya hendak disalurkan? Hasil karya seorang profesor juga memerlukan pembaca, pembeli, pengedar, pencetak, pembuat kertas, tinta dan lain-lain. Mustahil seorang profesor dapat menguruskan semua itu seorang diri. Bagaimana kalau tidak ada kertas, tidak ada tinta, tiadak ada pencetak, penjual, pembeli dan pembaca? Akan berhargakah buah fikiran profesor itu? Tentu tidak! Kalau begitu, seorang profesor harus sadar bahwa ia tidaklah terlalu istimewa dari manusia yang berada di bawahnya. Tanpa orang-orang itu dia sendiri tidak berharga apa-apa. Selain itu perlu disadari bahwa gelar profesor itu hanya untuk satu sudut yang kecil dari keperluan hidup. Sedangkan hidup ini banyak keperluannya. Yakni makan minum, kesehatan, tempat tinggal, kendaraan, pakaian, pengawalan keselamatan dan lain-lain. Yang semua itu kita perlu dapatkan dari orang lain. Kita sendiri tidak dapat mengadakannya. Seorang profesor tentu tidak bisa membuat roti. Maka untuk makan roti dia memerlukan pembuat roti. Demikianlah dalam keperiuan kesehatan, tempat tinggal, kendaraan dan lain. Kita memerlukan jasa dan pengorbanan orang lain. Artinya kita saling memerlukan. Pengajaran atau hikmah yang boleh diambil ialah: 1. Sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah, setiap orang pasti memerlukan bantuan. Baik bantuan itu datang dari Allah atau dari manusia. Hanya Allah yang tidak memerlukan apa-apa dari siapa pun. 2. Dalam hidup ini, kita telah banyak menerima budi dan bantuan dari manusia lain. Kadang-kadang orang yang berbudi itu ialah orang yang kita tidak kenal dan kita anggap tidak bemilai. 3. Adanya orang kaya dan orang miskin, orang besar dan orang kecil, orang pandai dan orang bodoh adalah rahmat Allah untuk menjadikan kita saling bantu-membantu dan saling memerlukan supaya wujud jemaah atau masyarakat. Hidup tidak akan sempurna kalau semua orang pandai dan kaya. Keseimbangam serta keindahan hidup itu hanya akan terjadi kalau ada orang besar dan ada juga orang kecil. Ada bos, ada kuli, ada orang kaya dan ada orang miskin. BaruIah segala keperluan masyarakat akan terisi dan dipenuhi dengan sendirinya. 4. Perbedaan keahlian bukan untuk dipertandingkan atau untuk menyombongkan diri atau untuk berbangga-bangga dan berkecil hati serta berhasad dengki. Ia adalah untuk saling mengisi, saling menyumbang, saling memberi dan menerima dan seterusnya agar masing-masing merasa dirinya diperlukan, dihormati dan dikasihi. 5. Kehidupan manusia yang bermula dari satu ibu dan ayah ini (Adam dan Hawa) sebenarnya umpama satu keluarga yang besar. Antara satu dengan yang lain berhubungan dan terikat baik sadar atau tidak, mau atau tidak mau. Misalnya pembuat ban mobil di| Eropa berkait dengan penoreh getah di rancangan tanah Felda, Malaysia. Kalau hal ini dihalusi oleh bos ban itu, tentu dia akan mengunjungi penoreh getah dengan rasa terhutang budi. Seterusnya bos ini akan membela penoreh tadi agar tidak hidup miskin dan tersisih. Penghuni istana di Kuala Lumpur juga akan menziarahi nelayan. Demikianlah seterusnya manusia akan saling membela dan mengunjungi karena mereka sebenarnya adalah satu keluarga. 6. Sehebat apapun seseorang itu, pasti dia memerlukan jasa orang lain. Sehina mana pun seseorang, pasti dia sudah berhutang budi kepada orang lain. Artinya, setiap orang ada nilai dan harga dirinya disisi orang lain, maka tidak seharusnya timbul saling menghina dan berpecah belah. Seorang raja, presiden, perdana menteri, menteri, ulama, profesor, saudagar kaya atau kepala tentara atau apa saja kebesaran yang dimilikinya, dia pasti tidak bisa hidup bersendirian. Apalagi kalau manusia itu seorang rakyat biasa, petani, nelayan, buruh kasar dan mereka yang tidak kaya, tidakpandai, tidak mulia dan tidak berjabatan memang sangat memerlukan jasa dan sumbangan orang lain yang lebih mampu darinya. Artinya manusia memang memerlukan orang lain. Mereka saling berkait dan tidak dapat berpisah, seolah-olah terikat dalam satu ikatan keluarga yang besar. Oleh karena itu tidak sepatutnya kita membiarkan adanya kasta-kasta atau kelas-kelas dalam sistem hidup bermasyarakat di dunia ini. Tidak sepatutnya raja terpisah dari rakyat jelata, orang besar terpisah dari orang kecil, si kaya mengasingkan diri dari orang miskin. Dan orang pandai tidak bisa hidup tanpa orang bodoh. Bos tidakbisa hidup tanpa buruh begitulah seterusnya. Kalaulah hal ini diinsafi dan disadari dengan sebenar-benarnya oleh setiap manusia, maka tidak ada seorang pun akan berbuat sombong kepada orang lain. Sebaliknya masing-masing merasa rendah diri dan memandang orang lain dengan rasa hormat dan kasih sayang. Raja akan menghormati rakyatnya, karena dengan adanya rakyatlah maka dia naik menjadi raja. Rakyat pun memuliakan rajanya karena merasa raja adalah penaung hidup mereka. Bos-bos besar akan menyayangi kuli-kulinya karena dari titik peluh merekalah dia bisa menjadi bos. Kuli juga akan sayang pada bosnyakarena atas jasa bosnyalah mereka dapat mencari sumber kehidupan. Orang pandai menghormati orang bodoh, karena dengan adanya orang bodohlah dia bisa menggunakan kepandaiannya. Sebaliknya si bodoh akan sangat hormat pada si pandai karena atas jasa si pandailah dia mendapat ilmu. Demikianlah seterusnya. Alhasil manusia akan hidup bersatu padu dalam satu susunan hidup bermasyarakat yang sama rata dan hormat-menghormati serta merasa saling memerlukan antara satu sama lain. tidak ada lagi istilah masyarakat super scale, first class, second class, third class dan no class, semuanya senasib. Senasib artinya masing-masing tidak lepas dari menerima dan mengharap bantuan orang lain. Senasib juga artinya tidak terlepas dari kekuasaan Allah SWT, tidak terlepas dari dimatikan oleh Allah, tidak terlepas dari alam Barzakh dan alam akhirat serta dari syurga dan neraka. Maknnya manusia semuanya jadi satu kelas, satu hati dan benar-benar bersatu. Hari ini kesadaran seperti ini belum wujud dalam masyarakat kita. Tidak banyak yang faham kenapa Allah jadikan orang besar, orang kecil, orang pandai, orang bodoh, orang kaya, orang miskin, bos, kuli dan lain-lain. Karena itulah manusia tidak sadar kalau mereka saling memerlukan, saling berkait dan saling mempunyai kaitan yang penting antara satu dengan yang lainnya. Apabila hal ini tidak disadari, terjadi suatu keadaan ketika masing-masing merasa dirinya lebih dari orang lain. Manakala yang kurang merasa hina diri dan hasad dengki. Lalu manusia hidup berantakan, berpecah belah dan saling tekan. Tidak ada kedamaian dan kasih sayang lagi. Kehidupan menjadi begitu tegang dan meruncing. Kebahagiaan di dunia sering terancam, di akhirat lebih-lebih lagi. Menyadari hakikat ini marilah kita sama-sama merenung dan berfikir untuk mengubah sikap, membaiki keadaan dengan masing-masing memulai untuk memiliki sikap menghormati orang lain sebagaimana mereka menghormati dan mengasihi diri sendiri. Sayidina Muaz pernah bertanya kepada Rasulullah,"bagaimana untuk selamat di hari hisab nanti?" Jawab Rasulullah,"Engkau kasihi orang lain sebagaimana engkau mengasihi dirimu sendiri. |
KOMUNITI KASIH SAYANG
1 MALAYSIA
Sumber ilmu itu ialah,mendengar, melihat, berfikir, Membaca dan dari hati. Sudahkah Umat Islam Bersatu Hari Ini?
Hakikatnya, perpecahan orang Melayu kepada tiga kumpulan akan mengakibatkan bangsa Melayu lemah dan terpaksa bergantung kepada pihak luar. Kesan daripada perpecahan berkenaan, orang Melayu menjadi semakin lemah dan kerajaan yang dipimpin orang Melayu tidak boleh bertegas.
Dr Mahathir berpendapat, kekuatan dan kegemilangan orang Melayu hanya boleh dibina kembali menerusi perpaduan.
Takrif Jamaah Islamiah
Hukum Membangunkan Jamaah Islamiah
Tujuan Membangunkan Jamaah Islamiah
Konsep Bersatu Menurut Islam
21 Mei 2013 - Bertempat di Seberang Jaya, Pulau Pinang telah berlangsung perjumpaan kali pertama di antara wakil dari KKS1M, syarikat AMG International dan Ayahanda-ayahanda dari pelbagai pertubuhan.
Antara yang hadir ialah Dato' Fauzi (AMG INTERNATIONAL),DP Ayahanda Soria (KKS1M), Ayahanda Megat (Presiden Gagasan Nusantara Bersatu), Paduka Ayahanda Z.U.,Datuk Paduka Abu Karim Hj. Saad (S/U Per. Warisan Adat Melayu Malaysia (ADAT)) , Dato' Khairul, Chup Tungkat (Taiko Networking Utara), Ayahanda Long dan tetamu kehormat yang lain.
Sebagai langkah untuk menyatukan seluruh umat Islam sedunia, maka tindakan kita yang pertama ialah membangun Toifah atau jemaah-jemaah kecil. Bermula dan bertolak dari itulah kita mencoba menghidupkan dan membangunkan cara hidup Islam di kalangan anggota-anggota toifah itu serta memupuk dan memperkuat tali silaturrahim (ukhuwah Islamiah) yang benar sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam.
Untuk membangun sebuah jemaah kita perlu tahu, apakah asas atau tapak untuk membina kekuatan dan ketahanan asas pada sebuah jemaah. Sebagaimana juga kita hendak membina rumah, hal utama yang perlu kita fikirkan ialah sebidang tanah yang mantap, tiang kayu serta batu yang kuat dan tahan lama. Tanpa perkara penting itu, dinding dan atap cantik yang dibina dari luar itu tidak akan dapat menjamin rumah itu dapat ditegakkan dengan kukuh dan mampu menghadapi pukulan angin ribut dan taufan.
Setelah tapak-tapak perjuangan dibina kukuh, barulah layak dan dapat kita mengayunkan langkah menuju tujuan perjuangan yang sebenarnya. Maknanya dengan tiga kekuatan asas tadi yaitu iman, ukhuwah dan kesamaan, keseragaman, barulah perjuangan dapat dimulai.
Kemenangan hidup yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan melakukan jihad fisabilillah. Jihad yang dimaksudkan ialah menyeru (berdakwah) kepada manusia supaya melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Bila kerja itu dilakukan dengan betul,sebagaimana yang ditunjukkan ALLAH dan Rasul, maka sebagai hasilnya akan diperoleh kejayaan dan kemenangan hidup.
MADAH ILMU 1 Berfikir taraf tinggi itu ialah berfikir yang dipimpin oleh jiwa. Hasil fikirannya bak mutiara 2 Orang yang belajar dengan kehidupan mendapat pengalaman, Orang yang belajar dengan buku dan guru mendapat ilmu. 3 Apa saja yang kita lihat di dunia ini boleh mengajar kita, dengan syarat kita melihat sambil berfikir dan berhubung hati dengan Tuhan. 4 Tiga perkara yang orang tidak akan puas-puas memburunya, ahli ilmu dengan ilmu, orang yang tamak dengan dunia, lelaki atau perempuan dengan seks. 5 Ilmu adalah panduan, harta adalah alat. Keduanya adalah untuk menegakkan kebenaran. Bukan untuk mencari kepentingan dan jauh sekali dari kesombongan dan k kebanggan. 6 Apabila ilmu dan amal ibadah tidak membuahkan akhlak yang mulia artinya ilmu dan amal itu tidak ada nilainya disisi Allah dan manusia. 7 Ilmu yang memberi manfaat, ibarat kawan yang verdik lagi setia, ia senantiasa mengingatkan dan memimpin kita ke jalan yang menyelamatkan kita, tapi kita tidak nampak akan adanya. 8 Membawa harta menyusahkan kita untuk menjaganya, membawa ilmu menyenangkan jiwa sebab siapapun tidak dapat mencurinya, kalau dibagikan kepada orang ia akan bertambah. Ilmu tidak usah dikawal dan dijaga seperti harta. 9 Air manakala tidak mengalir akan rusak dan busuk. Begitlah orang yang duduk diam dan tidak berjuang, ia sebenarnya merusakkan dirinya sendiri. 10 Ilmu yang diperoleh melalui otak adalah kasbi (usaha), dinamakan ilmu nadri, ilmu yang dijatuhkan ke dalam hati adalah wahbi (anugerah), dinamakan ilham atau laduni. 11 Alim lisan pandai berbicara, tidak berbakti alim hati kurang berbicara, banyak berbakti alaim lisan dan hati berbicara dan beramal sama seiring. 12 Buah akal adalah ilmu pengetahuan, buah jiwa atau hati ialah iman, buah fisikal adalahkemajuan. Alangkah indahnya kalau ketiga-tiga anggota ini melahirkan buah didalam kehidupan. 13 Biar sedikit berbicara, banyak amalan. biar sedikit berbincang tapi membuahkan kesepakatan. biar sedikit ilmu asalkan jadi panduan. 14 Sumber ilmu itu ialah,mendengar, melihat, berfikir, Membaca dan dari hati. |
Kita Saling Memerlukan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment