Setelah tapak-tapak perjuangan dibina kukuh, barulah layak dan dapat kita mengayunkan langkah menuju tujuan perjuangan yang sebenarnya. Maknanya dengan tiga kekuatan asas tadi yaitu iman, ukhuwah dan kesamaan, keseragaman, barulah perjuangan dapat dimulai.
Tujuan yang menjadi cita-cita perjuangan Islam ialah :
1. Menegakkan kebaikan-kebaikan (Ma'rufat)
Segala bentuk kebaikan yang dianjurkan Islam akan kita tegakkan dalam jemaah kita dan masyarakat manusia seluruhnya sesuai dengan lima hukum untuk keredhaan ALLAH. Itulah perjuangan kita. Kebaikan-kebaikan itu secara umum terbagi menjadi dua iaitu:
- i) Hablumminallah
- ii) Hablumminannas.
Apa saja aspek hidup seperti akidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, dakwah, tarbiah, iktisad, siasah dan daulah Islamiah semuanya akan kita perjuangkan sebagaimana yang dikehendaki ALLAH dan Rasul-Nya. Corak kehidupan jahiliah dan yang tidak Islami akan kita ganti dengan kehidupan yang lebih mulia dan Islami.
2. Menghapuskan kejahatan (Mungkar)
Bentuk kejahatan apapun, mungkar dan maksiat menurut nilai Islam akan kita hapuskan dari jemaah kita dan masyarakat manusia seluruhnya. Kejahatan-kejahatan itu berbagai bentuknya. Secara ringkas dapat dikategorikan kepada hukum haram dan makruh.
Kejahatan manusia terhadap ALLAH dan terhadap sesama makhluk dalam aspek-aspek akidah, ibadah, akhlak, tarbiah, iktisad, masyarakat, siasah dan lain-lain baik haram atau makruh adalah musuh kita yang wajib kita hapuskan dari masyarakat kita.
3. Melawan musuh
Kejayaan perjuangan kita sangat tergantung pada kemampuan kita berhadapan dan berlawanan dengan musuh. Oleh itu sangat penting bagi kita bersedia untuk menghadapi kejahatan musuh-musuh kita. Kita mesti menyelidiki taktik dan gerakan musuh supaya kita dapat mengelakkan kemungkinan bahaya, bahkan kalau perlu kita berreaksi. Tugas itu penting dan berat. Kalau kita lalai berarti kita lemah dan kalah. Tapi kalau kita senantiasa bersedia dan berjaga-jaga, itulah pintu-pintu kejayaan perjuangan kita.
Musuh kita yang utama dan cukup berbahaya ialah syaitan dan hawa nafsu kita sendiri.
Firman ALLAH SWT :
Musuh-musuh lain ialah orang-orang kafir (komunis, Yahudi, Majusi dan Kristen) dan orang-orang munafik. Musuh-musuh kita ini sebagaimana yang ALLAH nyatakan, tidak pernah jemu berjuang untuk mengalahkan umat Islam. Firman ALLAH:
"Sesungguhnya syaitan itu bagi kamu adalah musuh yang sangat nyata. "
(Al A'raf : 22)
"Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan."
(Yusuf : 53)
Kalau kita tidak melawan mereka berarti kita sudah dikuasai mereka. Dan kalau kita melawan atau berniat untuk melawan, maka ketahuilah bahwa kita sedang berhadapan dengan musuh yang kuat dan cukup bersedia. Karena itu mesti menggandakan kekuatan dan kelincahan perjuangan kita, sesuai dengan cara-cara perjuangan Rasulullah.
"Tidak akan redha akan Yahudi dan Nasrani selagi kamu tidak mengikuti mereka."
(Al Baqarah : 120)
Semoga berkat kebenarannya dan dengan pertolongan ALLAH, kita dapat mematahkan niat dan rencana jahat musuh kita dan musuh ALLAH itu.
Menyediakan tapak-tapak perjuangan yaitu iman, ukhuwah dan keselarasan untuk tujuan menegakkan ma'rufat (kebaikan), menghapus kemungkarab dan melawan musuh, kalau dapat dilaksanakan seluruhnya secara terperinci sebagaimana yang dikehendak Islam, itulah IBADAH dalam Islam (yakni amal soleh, pengabdian, penyerahan dan TAKWA kepada ALLAH SWT), atau itulah kebaikan.
Artinya seorang manusia yang dapat melaksanakan semua perkara-perkara yang disebutkan di atas, adalah orang telah sempurna ibadahnya menurut pandangan Islam. Manusia itulah yang dapat memahami dan mempraktekkan lslam secara keseluruhan. Manusia itulah yang dapat hidup dengan berhasil, merdeka dan bahagia. Dan untuk merekalah surga itu ALLAH siapkan. Manusia yang menjadikan seluruh hidupnya untuk ibadah atau berbakti pada ALLAH sebagaimana yang ALLAH kehendaki. Firman-Nya:
Adapun tujuan akhir dari ibadah itu ialah untuk memperoleh buahnya, yakni akhlak. Sama seperti kita menanam pohon, tujuan akhirnya ialah untuk mendapatkan buahnya. Sia-sia sajalah kalau kita menanam pohon tapi tidak berbuah. Begitu jugalah sia-sia ibadah yang kita lakukan kalau tidak memberi hasil yang sepatutnya yakni akhlak.
"Tidaklah aku jadikan jin dan manusia itu melainkan untuk berbakti menyembah Aku. "
(Az-Zaariyat : 56)
Orang yang nampaknya sudah beribadah tapi tidak berakhlak sebenarnya sama saja dengan orang yang tidak melakukan ibadah. Sebab ibadahnya tidak membuahkan hasil, maka dia tidak memperoleh faedah atau keuntungan apa-apa dari kerjanya itu. Sebaliknya ia akan mengalami kerugian di dunia dan di akhirat. Di dunia akan hidup gelisah dan sengsara, di akhirat disiksa dalam api neraka.
Dari itu perlu diambil perhatian tentang bagaimana ibadah dapat membentuk akhlak. Supaya dapat diusahakan agar tiap-tiap ibadah membuahkan akhlak. Akhlak yang baik adalah sumber kebagian di dunia dan di akhirat. Di dunia dapat menikmati ketenangan dan kebagian, di akhirat dapat mengecap nikmat surga yang abadi.
Adapun akhlak yang baik menurut ukuran Islam terbagi dua:
- Akhlak pada ALLAH.
- Akhlak pada makhluk khususnya manusia.
Bentuk-bentuk akhlak dengan ALLAH di antaranya ialah:
1. Sabar atas kesusahan yang ALLAH timpakan.
Kesusahan itu mungkin berbentuk sakit, miskin, kematian orang yang dikasihi, bencana seperti kebakaran, banjir, angin topan atau kemarau dan lain-lain.
Semua itu adalah takdir yang mustahil dapat kita elakkan. ALLAH rasakan pada kita sebagai ujian hidup yang tidak boleh tidak mesti kita hadapi. Maka hendaklah kita menerima dengan sabar.
2. Redha dengan ketentuan ALLAH.
Kita semua berharap untuk menjadi senang, pandai, cantik, berhasil dan bermacam-macam kesenangan hidup, tapi tidak selalu dapat dicapai. Itulah kehendak ALLAH. Dia berbuat mengikuti kehendak-Nya. Maka hendaklah kita redha dengan pemberian dari Zat yang maha bijaksana itu.
3. Tawakal pada ALLAH.
Sebenarnya kerja dan usaha atau ikhtiar kita bukanlah penentu kejayaan yang kita harapkan. ALLAH memerintahkan kita berusaha atau berikhtiar hanya sebagai jalan atau sebab untuk mencapai kejayaan. Yang menentukan jaya atau gagalnya ialah kuasa dan kehendak ALLAH. Sebab itu usaha dan ikhtiar kita mestilah diiringi dengan rasa tawakal atau menyerahkannya pada ALLAH tanpa ragu dan bimbang.
4. Baik sangka dengan ALLAH.
Sudah diketahui bahwa nasib apa saja yang menimpa kita atau orang lain adalah pemberian ALLAH. Buruk atau baik semuanya takdir dari ALLAH. Kita sebagai hamba yang lemah dan bodoh mesti menerima baik setiap yang ditakdirkan dan berbaik sangka dengan ALLAH bahwa ALLAH yang Maha Bijaksana itu, mustahil akan melakukan sesuatu yang tidak berguna (sia-sia) atau merugikan hambanya. Bukanlah sifat ALLAH suka menyiksa hamba ciptaan-Nya. Ia cuma menguji dan mengajar hamba-Nya.
Kalau kita mempunyai sangka jahat pada ALLAH, itu adalah dosa besar, sebagaimana firman-Nya :
5. Malu dengan ALLAH.
"Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa."
(Al-Hujurat : 12)
Kalau kita melakukan satu kesalahan dan kesalahan itu kelihatan oleh orang lain, akan timbul rasa malu dan kesal di hati kita. Begitulah sepatutnya perasaan kita dengan ALLAH. Kita malu pada ALLAH untuk membuat dosa dan kesalahan, sebab ALLAH senantiasa melihat dan memperhatikan setiap pekerjaan yang kita lakukan. Dan kalau tanpa sengaja membuat dosa hendaklah timbul rasa kesal yang teramat dalam dan malu yang sebenarnya di samping segera bertobat, memohon ampun pada ALLAH SWT.
6. Syukur pada nikmat pemberian ALLAH.
Setiap kali kita mendapat kejayaan, keuntungan dan nikmat hidup apapun hendaklah kita rasa bahwa itu adalah pemberian ALLAH, bukan buatan kita sendiri. Oleh karena itu berterima kasih atau bersyukurlah pada ALLAH. Dan banyakkanlah sembah sujud, tasbih dan tahmid kita padanya serta menggunakan nikmat itu sebagai alat untuk lebih berbakti dan bertakwa padanya. Jangan sayang untuk mengorbankan sedikit dari nikmat itu untuk agama, mesjid, rumah ibadah, pengajian atau fakir miskin.
7. Takut pada ALLAH.
Semua manusia mempunyai rasa takut. Takut pada segala hal yang berbahaya dan mengancam keselamatan dirinya. Bagi orang yang berakhlak dengan ALLAH, dia hanya takut pada ALLAH, sebab hanya ALLAH yang dapat menentukan nasib dirinya. Sedangkan yang lain, walaupun sekuat dan sehebat apapun, adalah makhluk ALLAH yang tidak memiliki kebolehan dan kekuasaan apa-apa kalau tidak dengan izin ALLAH. Dengan keyakinan itu manusia tidak pernah gentar untuk memperjuangkan hukum-hukum ALLAH. Tidak takut pada ancaman, cemoohan, fitnah dan penghinaan dari manusia. Dia hanya takut pada ancaman ALLAH atau penghinaan dan hukuman dari ALLAH.
8. Rendah hati, merasa diri hina, dan lemah. Yang kuat dan hebat ialah ALLAH.
9. Rasa qana'ah, merasa cukup dan memadai dengan apa yang ada.
Itulah salah satu bentuk-bentuk akhlak dari manusia kepada ALLAH. Akhlak itu terpancar dari hati yang beriman dan kuat beribadah pada ALLAH. Akhlak adalah tanda menunjukkan pribadi seseorang. Tanpa akhlak itu manusia dikatakan biadab dengan ALLAH. Atau dengan kata lain manusia itu telah kurang ajar dengan ALLAH. Alangkah hinanya seseorang yang mendapat gelar itu.
Akhlak dengan sesama manusia
Islam tidak saja mengatur hubungan seorang hamba dengan Khaliknya, tapi juga telah menyusun satu bentuk hubungan sesama manusia yang bertujuan supaya manusia hidup aman damai dan saling membahagiakan.
Seorang Islam yang lalai menunaikan tanggung jawab terhadap saudara seIslam akan menerima penghinaan ALLAH dari dunia hingga ke akhirat. Sekalipun banyak ibadahnya atau kuat hubungannya dengan ALLAH, tapi selagi hubungan dengan manusia masih pincang, selama itulah dia berada dalam kemurkaan dan kebencian ALLAH.
badahnya akan tertolak dan dia akan tersiksa di dunia dan di akhirat. Ini adalah karena ibadahnya tidak berbuah, yakni tidak menghasilkan akhlak yang sepatutnya. Bentuk-bentuk akhlak manusia terhadap ALLAH telah saya uraikan, maka sekarang kita lihat pula apakah bentuk akhlak sesama manusia.
1. Pemurah
Hak apapun yang ada pada kita baik ilmu, harga, tenaga, fikiran, masa dan lain-lain yang telah ALLAH pinjamkan menjadi milik kita, janganlah kita kumpulkan untuk kegunaan dan kepentingan kita saja. Ada orang lain, khususnya orang mukmin, sedang berada dalam kekurangan atau sangat memerlukan pertolongan kita, maka korbankanlah sebagian hak kita itu untuk mereka, mudah-mudahan ALLAH menggantikan yang lebih baik dari apa yang dikorbankan itu.
2. Meminta maaf
Sebagai manusia yang lemah, mustahil kita tidak pernah bersalah. Jadi sangat patut kita sadari kekurangan kita serta bersedia untuk meminta maaf bila kita bersalah pada siapa saja.
3. Merendahkan diri
Setiap keistimewaan yang ALLAH anugerahkan pada seorang manusia, selalu menjadi sebab orang itu merasa tinggi diri, sombong dan dengki sesamanya. Agar perasaan itu tidak menguasai hati kita hendaklah kita senantiasa insaf bahwa semua manusia adalah hamba-hamba ALLAH. ALLAH jadikan pada tiap diri kelebihan dan kekurangan. Jadi tidak ada sebab seseorang itu merasa lebih dari yang lain. Maka untuk apa meninggikan diri ?
4. Memberi maaf
Di waktu orang lain bersalah dengan kita, perlu kita insaf bahwa kita juga banyak bersalah dengan orang lain. Sebagaimana kita mengharapkan kemaafan, maka begitulah orang, mengharapkan maaf dari kita. Oleh itu jangan sombong untuk memaafkan orang yang bersalah pada kita. Firman ALLAH SWT:
5. Lemah lembut
"..... orang mukmin itu, memberi kemajuan pada manusia..."
(Ali Imran : 134)
Dalam pergaulan sehari-hari walau siapapun manusia yang kita hadapi, mestilah dengan cara yang sebaik-baiknya. Jangan sombong, bengis, kasar dan terlalu serius. Terjalinnya hubungan persaudaraan sesama manusia bermula dari kemesraan yang datang dari kedua belah pihak. Dan keretakan dari hubungan itu adalah karena sebaliknya.
6. Tenggang rasa (lapang dada)
Apabila berhadapan antara dua keinginan yang berbeda, orang yang berakhlak dapat bertenggang rasa dan lapang dada, yakni sanggup mengorbankan keinginannya (selagi tidak melanggar syariat) untuk mendahulukan kehendak lawan. Dia rela, sekalipun kepentingan dan kebijaksanaannya tergugat.
7. Ramah mesra
Kasihilah orang lain sebagaimana kita mengasihi diri kita. Maka hendaklah bersikap ramah dan mesra yang sebenarnya dengan siapa saja.
Itulah akhlak penting yang sepatutnya lahir dari ibadah kita, Memang semuanya agak berat dan susah untuk diperoleh. Tapi dengan iman yang sempurna, ibadah yang benar dan khusyuk, maka akhlak itu akan lahir dengan sendirinya. Laksana pohon, kalau cukup subur dan cukup matang, maka bunganya akan lahir dengan sendirinya.
Akhlak laksana bunga yang dapat menawan hati siapa saja yang memandangnya. Bukan saja ALLAH dan Rasul serta orang mukmin, orang jahat bahkan orang kafir pun turut memuji akhlak yang baik. Itu adalah karena fitrah manusia senang dengan kebaikan. Sebab itu tidak heran telah terjadi di dalam sejarah bagaimana akhlak yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW telah menarik ribuan Musyrikin Mekkah masuk ke dalam Islam.
Orang kafir itu menjadi malu dan terharu dengan kebaikan akhlak Rasulullah hingga mereka yakin dengan kebenaran, lalu memeluk Islam. Satu contoh saya sebutkan di sini sebagai bukti bahwa akhlak adalah daya tarik yang dapat melembutkan kekerasan dan kejahatan manusia sekaligus menariknya kepada kebenaran.
Sewaktu Rasulullah mula-mula melancarkan dakwahnya di Mekkah, banyaklah orang-orang yang menentangnya. Di antara mereka itu ialah seorang perempuan tua yang tinggal dengan Rasulullah. Setiap pagi ketika Rasulullah keluar untuk berdakwah, perempuan itu meletakkan duri dan najis di jalan yang dilalui oleh baginda Rasulullah. Begitulah penghinaan yang diberikan. Terpaksa Rasulullah berjingkat dan menyusup di celah-celah kotoran dan bahaya di jalan itu. Setiap pagi kesulitan itulah yang mula-mula baginda hadapi. Tapi Rasulullah tabah dan membiarkan hal itu terjadi sekian lama.
Suatu pagi Baginda terkejut, duri-duri itu tidak ada dan jalan yang biasanya kotor, nampaknya bersih. "Kemana perempuan itu?", terdetik pertanyaan di hati Baginda. Karena ingin tahu Baginda sengaja menghampiri rumah perempuan itu. Kedengaran oleh Baginda suara orang mengerang kesakitan. Ketika mengintai ke dalam dan melihat perempuan itu terlantar sakit, Baginda masuk menghampiri perempuan tua itu dan bertanya, "Nenek sakit?"
Mendengar suara orang perempuan tua itu membuka matanya dan alangkah terperanjatnya dia bila dilihatnya orang itu ialah orang yang paling dibencinya selama ini.
Dengan gemetar dia berkata, "Engkau datang ya Muhammad? Akan engkau apakan aku yang telah terlalu banyak menyusahkan engkau?"
Rasulullah tersenyum dan menjawab, "Saya hendak menolong mengobati nenek."
Mengalir air mata orang tua itu dan waktu itulah kejahatan hatinya lenyap. "Ada rupanya di dunia ini orang sebaik engkau Muhammad, engkau balas kejahatan aku dengan kebaikan yang besar. Sesungguhoya engkau benar. Dan mulai detik ini aku beriman dengan apa yang engkau bawa."
Rasulullah pun mengajar perempuan tua itu mengucap kalimah syahadat. Maka Islam lah seorang manusia melalui kebaikan akhlak Rasulullah. ALLAH SWT pun turut memuji Baginda dengan firman-Nya :
Sebaliknya seorang yang tidak berakhIak bukan saja dibenci manusia, ALLAH dan Rasul pun turut menghina dan menolak semua amalannya. Hal itu dapat kita pahami dari satu riwayat dari Imam Ahmad dan Al hakim, maksudnya:
"Sesungguhnya engkau ya Muhammad mempunyai akhlak yang agung "
(Al Qalam : 4)
Itu menunjukkan bahwa amal ibadah seseorang yang tidak berakhlak tidak diterima oleh ALLAH. Apa artinya ibadah yang banyak kalau tidak membentuk akhlak. Apa artinya tunduk, rukuk dan sujud pada ALLAH kalau masih melanggar perintah ALLAH? Apa artinya pengakuan taat setia dan pengabdian pada ALLAH kalau masih mendurhakai ALLAH. Sebenarnya orang seperti itu bukan beribadah tapi menipu. Dan yang ditipu bukan ALLAH tapi dirinya sendiri.
"Bagaimana pendapat engkau ya Rasulullah tentang seorang perempuan yang kuat ibadahuya. Malam bersembahyang tahajjud dan siang berpuasa sunat, tapi ia selalu menyakiti hati tetangganya dengan lidahnya? Rasulullah menjawab, "Tidak ada lagi kebaikan pada perempuan itu. Dan dia adalah ahli neraka."
(Riwayat Imam Ahmad da Al Hakim)
Ibadah dalam arti yang luas (yang telah saya takrifkan sebelum ini) kalau dapat ditegakkan sepenuhnya hingga menghasilkan buah akhlak yang mulia lagi bersih, maka itulah amalan yang sebaik-baiknya. ALLAH SWT mengistiharkan ini dengan firman-Nya :
Ayat itu ALLAH tujukan kepada umat sezaman Rasulullah SAW yang telah melaksanakan perintah ALLAH dengan jayanya. Juga ditujukan pada umat Islam yang mau dan sanggup melakukan amar makruf nahi mungkar secara menyeluruh dan sempurna, umat yang dapat menjadi contoh dan ikutan bagi seluruh manusia.
"Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk faedah umat manusia karena kamu menyuruh berbuat segala yang baik dan melarang dari segala yang salah, serta kamu beriman pada ALLAH dengan iman yang sebenar-benarnya. "
(Ali Imran : 110)
Kita, umat yang sedang berjuang, sepatutnya mencoba untuk menunaikan tugas dan tuntutan itu, sebagaimana yang dikehendaki ALLAH dan Rasul-Nya. Itulah tugas yang mesti kita tunaikan sepenuhnya sebelum hidup di dunia ini tamat dan berakhir.
No comments:
Post a Comment