Inilah Jalan Kita


Takrif Jamaah Islamiah


Jemaah Islamiah ialah kesatuan umat Islam yang benar-benar menghayati Islam. Jemaah itu merupakan kelompok individu-individu muslim yang bersatu di bawah panji-panji Islam. Kalau jumlah individu-individu yang menjadi anggotanya agak kecil, kelompok itu disebut Toifah. Gabungan toifah-toifah itu akan membentuk Jemaah. Jemaah Islamiah yang banyak jumlah anggotanya disebut UMMAH ISLAMIAH.


Hukum Membangunkan Jamaah Islamiah
Membangun Jemaah Islamiah ialah mendirikan persatuan umat Islam. Hukumnya ditentukan oleh ayat-ayat Al Quran dan Al Hadist. Ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan Jemaah Islamiah di antaranya ialah sebagaimana firman Allah :

 surat:3 ayat:103
"Dan berpegang teguhlah kamu semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu(semasa jahiliah) bermusuh-musuhan maka Allah menjinakkan hati-hati kamu lalu menjadilah kamu dengan nikmat Allah orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu."
surat:3 ayat:104

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan menyuruh kepada makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. " (Ali Imran : 103-104)
Sabda Nabi SAW yang bermaksud:
"Wajib atas kamu bersama jemaah. Sesungguhnya jemaah (bersatu dan berpadu) itu adalah rahmat dan berpecah belah itu adalah azab. "
(Riwayat Muslim).

Sabda Nabi lagi, yang bermaksud:
"Barang siapa yang berpecah belah, maka ia bukan dari golongan kami (bukan umat Nabi Muhammad). Rahmat Allah berada bersama-sama dengan jemaah. Dan sesungguhnya srigala hanya mau memakan kambing yang mengasingkan diri. "
(Hadist riwayat Imam Tabrani).

Sebuah hadist lagi, Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Barang siapa yang mati dalam keadaan memisahkan diri dari Jemaah Kaum Muslimin, maka sesungguhnya ia mati sebagai mati jahiliah."
(Riwayat Imam Muslim)
Berdasarkan ayat-ayat Al Quran dan hadist-hadist tersebut di atas jelas bahwa perintah membangun Jemaah Islamiah itu hukumnya wajib, meninggalkannya berarti berdosa. Perlu diketahui bahwa maksud wajib di sini adalah wajib kifayah. Artinya bila ada sebagian manusia muslim membangunnya maka akan gugur kewajiban dan dosa manusia muslim yang lain. 

Tujuan Membangunkan Jamaah Islamiah

Setelah memerintahkan manusia membangun Jemaah Islamiah, ALLAH SWT juga menerangkan tujuan perintah-Nya itu. Dalam Al Quran ALLAH menegaskan :


surat:3 ayat:112 

 Maksudnya : "Akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka yang mengadakan hubungan dengan ALLAH dan hubungan dengan sesama manusia. 
(Ali Imran : 112) 

Dalam ayat ini ALLAH membagi perintah-Nya menjadi dua: 

1. Perintah agar manusia menghubungkan diri denganAllah (hablumminallah). 

2. Perintah agar manusia menghubungkan diri dengan sesama manusia (hablumminannas). 

Untuk tujuan atau tanggung jawab manusia dalam menghubungkan diri dengan ALLAH seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain, setiap orang mudah melaksanakannya secara sendirian, tanpa jemaah pun dapat dilakukan.

Akan tetapi, untuk mengadakan hubungan dengan manusia dan alam sejagat seperti membangun masyarakat, ekonomi, pendidikan, dan seterusnya hingga politik bernegara dan dunia internasional, manusia memerlukan Jemaah Islamiah yang kuat dan sistematik. 

Tanpa Jemaah tidak mungkin program-program seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan sebagainya dapat ditegakkan dan dijayakan. Hal itu sesuai dengan kata-kata hukama': 

Artinya: "Kebenaran tanpa organisasi akan dikalahkan oleh yang batil yang terorganisasi. "

Jadi tujuan membangun Jemaah Islamiah itu adalah untuk menjadi wadah atau wasilah melaksanakan semua program-program hidup yang ada hubungannya dengan tuntutan fardhu kifayah.  

Konsep Bersatu Menurut Islam

Konsep bersatu dalam Islam telah ditetapkan bentuknya. Dalam Al Quran ALLAH berfirman:


surat:3 ayat:103
Maksudnya: "Berpegang teguhlah kamu dengan tali ALLAH dan janganlah kamu berpecah-belah."
(Ali Imran : 103)

Tali ALLAH yang dimaksudkan oleh ALLAH dalam ayat ini ialah Agama ALLAH (Syariat Islam) sebagaimana yang telah digariskan oleh ALLAH dalam Al Quran dan Rasul dalam Sunnahnya. ALLAH telah memerintahkan kita bersama-sama berpegang teguh dan bersatu kukuh dalam Islam dan Dia melarang kita berpecah-belah.

Secara terperinci (tafsir) dapat diuraikan konsep bersatu itu menjadi lima perkara :

1. Bersatu Akidah

Keyakinan dan pegangan kita mesti tepat sebagaimana yang dikehendaki dalam iktikad Ahlus Sunnah Wal Jamaah, yaitu meyakini keenam rukun Iman dengan sebenarnya. Yakin kepada ALLAH dan semua sifat-sifat-Nya yang wajib, mustahil serta yang jaiz bagi ALLAH. Yakin kepada 10 malaikat sebagaimana yang diceritakan dalam Al Quran. Yakin kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul. Yakin kepada 25 Rasul yang disebutkan dalam Al Quran. Yakin kepada hari akhirat dan yakin kepada qada' dan qadar (untung baik dan untung jahat) semuanya datang dari ALLAH Taala.

2. Bersatu syariat

Bersatu syariat itu ialah bersatu dalam menerima lima hukum ALLAH, yaitu wajib, sunat, haram, makruh dan mubah. Dalam kegiatan hidup kita sehari-hari, kita tidak dapat melepaskan diri dari salah satu hukum tersebut melalui kerja apa pun baik kerja yang kecil maupun kerja yang besar.

Adapun takrif rukun-rukun tersebut adalah seperti berikut:

i) Wajib: Dilaksanakan mendapat pahala dan ditinggalkan berdosa, maka dalam hal ini wajib dilaksanakan.

ii) Sunat: Dilaksanakan diberi ganjaran pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa, maka kedudukannya elok dilaksanakan.

iii) Haram: Dilaksanakan berdosa dan ditinggalkan mendapat pahala, maka kedudukannya wajib ditinggalkan.

iv) Makruh: Jika dilaksanakan(larangannya) tidak berdosa (tapi ALLAH benci) dan jika ditinggalkan mendapat pahala, maka kedudukannya elok ditinggalkan.

v) Mubah: Suatu perbuatan yang kedudukannya tidak berdosa dan tidak mendapat pahala jika dilaksanakan atau ditinggalkan, maka perbuatan tersebut boleh dilaksanakan dan boleh ditinggalkan, sesuai pilihan hati.

Walau bagaimanapun, dalam Islam perbuatan yang mubah itu, dapat memberi manfaat kepada kita atau dengan kata lain dapat menjadi ibadah dan mendapatkan pahala kalau kita laksanakan dengan mengikuti rukun- rukun yang tertentu yaitu lima perkara :

Niat harus tepat (karena ALLAH), pelaksanaannya mengikuti syariat, perbuatan yang dilaksanakan itu dibolehkan oleh syariat (tidak bertentangan dengan syariat), natijahnya (hasilnya) mesti betul (untuk tujuan meninggikan syiar Islam) dan tidak meninggalkan atau mengabaikan rukun fardhu ain. Untuk uraian lebih lanjut silahkan merujuk buku saya yang berjudul IBADAH MENURUT ISLAM.

Jadi, bila kita diperintahkan bersatu dalam syariat, berarti kita diperintahkan menerima segala ketetapan lima hukum tersebut. Menerima di sini maksudnya memahami, mengamalkan dan memperjuangkannya. Maksudnya yang lebih jelas ialah perbuatan yang wajib dan sunat itu hendaklah difahami, diyakini, diamalkan dan diperjuangkan. Semua perbuatan yang haram dan makruh hendaklah dipahami, diyakini dan ditinggalkan serta diperjuangkan untuk menghapuskannya. Dan selanjutnya semua perbuatan yang mubah, difahami, diusahakan serta digalakkan supaya menjadi ibadah.

Supaya lebih jelas lagi, perhatikan contoh berikut ini: Hal-hal yang berhubungan dengan akidah, ibadah, akhlak, jihad, tarbiah, siasah (politik) dan lain-lain adalah perbuatan wajib, maka umat Islam harus menerimanya sebagai hukum wajib serta berusaha memahami, mengamalkan dan memperjuangkannya supaya ditegakkan secara bersama-sama dan bersungguh-sungguh.

Sebaliknya, hal-hal yang berhubungan dengan arak, zina, korupsi, judi, buka aurat, pergaulan bebas, riba dan lain-lain adalah perbuatan haram, maka seluruh umat Islam harus bersama-sama meyakininya sebagai hukum haram dan berusaha meninggalkannya serta memperjuangkannya supaya tidak diamalkan oleh masyarakat dan berusaha menghapuskannya secara bersama-sama dan bersungguh-sungguh.

3. Bersatu akhlak

Bersama-sama berusaha memiliki akhlak yang baik. Mencontoh akhlak Rasulullah SAW dalam segala hal, seperti cara makan, pakaian, sifat sabarnya, ikhlasnya, tawadhuknya, zuhudnya, dermawannya, pemaafnya, bicaranya, bergaulnya, kebersihannya, ibadahnya dan lain-lain yang menjadi sunnah hidupnya.

Di samping itu hendaklah kita bersama-sama berusaha membuang semua akhlak yang buruk dan keji seperti sombong, bakhil, penakut, cinta dunia, pemarah, hasad dengki, keluh-kesah dan mazmumah lain yang bersarang dalam hati manusia.

4. Bersatu dalam Perkara-perkara Khilafiah

Bersikap terbuka, lapang dada dan tenggang rasa dalam masalah khilafiah. Hendaklah kita pahami bahwa Islam memperbolehkan dan membenarkan adanya perbedaan pendapat dalam masalah furu'iyah tanpa mengganggu atau merusak persoalan asas (pokok) Islam itu sendiri. Nabi SAW pernah bersabda:

Maksudnya: "Perbedaan pendapat di antara umatku adalah mendatangkan rahmat. " (Riwayat A1 Baihaqi)

Dalam hadits yang lain dari Ibnu Abbas berbunyi:

Maksudnya: "Perbedaan di antara sahabatku bagi kamu adalah suatu rahmat. " (Ehya').

Kerana itu sikap kita terhadap hal-hal khilafiah hendaklah sama-sama kita terima dan jangan dijadikan isu sensitif dan menjadi sebab persengketaan.

5. Bersatu Dalam Menilai Kawan Dan Lawan

Islam telah menetapkan siapakah kawan dan lawan, sahabat dan musuh. Maka hendaklah kita sama-sama dapat mengenali nya. Yang menjadi musuh sama-sama kita jadikan sebagai musuh dan menolaknya tanpa ada tenggang rasa sedikitpun. Kawan dan sahabat hendaklah kita jadikan sebagai sahabat dan sama-sama menerima sebagai sahabat, bergaul dengannya, mempertautkan kasih sayang dengannya serta bermuafakat dalam urusan agama. Sekiranya ada pihak yang mencoba untuk menghancurkannya, harus kita pertahankan.

Dalam Al Quran ALLAH menjelaskan kepada kita siapa musuh dan siapa sahabat atau saudara kita sebagai orang mukmin.

Firman ALLAH tentang musuh: 

surat:2 ayat:120 

Maksudnya: "Dan tidak akan redha oleh orang-orang Yabudi dan Nasrani itu selama-lamanya kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (cara hidup) mereka. "
(Al Baqarah : 120) 

Firman ALLAH tentang sahabat dan saudara: 

Maksudnya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara satu sama lain, oleh karena itu berusahalah mendamaikan kedua saudaramu yang bertikai dan bertakwalah kepada ALLAH supaya kamu mendapat rahmat."
(Al Hujuraat : 10)

Demikianlah pengertian dan konsep bersatu dalam lslam. Dengan konsep itu Islam memanggil dan menyeru seluruh bani insan bernaung di bawahnya tanpa melihat bangsa, warna kulit, bahasa, keturunan, daerah, negara dan perbedaan lahiriah lain yang palsu, yang direka oleh manusia untuk mempertahankan statusnya yang bersifat sementara itu. Walaupun pada lahirnya ada perbedaan bangsa, bahasa dan warna kulit di antara manusia itu, tapi apa yang ALLAH jadikan itu semata-mata mempunyai hikmah yang amat besar untak manusia itu sendiri, yaitu untuk tujuan saling kenal-mengenal.

Firman ALLAH: Maksudnya:

"Hai manusia! sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal dan mengadakan hubungan."
(Al Hujuraat : 13)

Islam menyatukan seluruh manusia sedunia di bawah namanya dengan lima ikatan yang kukuh dan sejati sambil membebaskan mereka dari segala kungkungan keduniaan yang sempit dan pura-pura. Kalau semua umat Islam menerima konsep itu serta mempraktekkannya, maka itulah kekuatan hakiki yang menjamin kejayaan perjuangan yang sedang kita usahakan dan lalui ini.

No comments:

Post a Comment